Definisi
Hiperemesis gravidarum
adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari – hari terganggu
dan keadaan umum menjadi buruk. (Arif, 1999)
Hiperemesis gravidarum adalah mual – muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba, 2001)
Hiperemesis gravidarum adalah mual – muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba, 2001)
Sebagian
besar hiperesis gravidarum (mual-muntah) saat hamil dapat diatasi dengan
berobat jalan, serta pemberian obat penenang dan anti muntah. Tetapi sebagian
kecil wania hamil tidak dapat mengatasi mual muntah yang berkelanjutan sehingga
mengganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan kekurangan cairan dan
terganggunya keseimbangan elektrolit.
Hiperemesis
gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis dipakai untuk keperluan
energy, sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan lemak dan protein.
Karena pembakaran lemak kurang sempurna
terjadilah badan keton dalam darah yang dapat menambah beratnya gejala
klinik.
Melalui
muntah dikeluarkan sebagian cairan lambung serta elektrolit natrium, kalium,
dan kalsium. Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah, sehingga makin
berkurang kalium dalam keseimbangan tubuh serta makin menambah berat terjadinya
muntah.
Muntah
yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh makin berkurang, sehingga darah
menjadi kental (haemokonsentrasi) yang dapat melambatkan peredaran darah yang
berarti konsumsi O2 dan makanan ke jaringan berkurang. Kekurangan makanan dan
O2 ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah beratnya
keadaan janin dan wanita hamil.
Muntah
yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler pada lambung
dan esophagus, sehingga muntah bercampur darah.
Penyebab
hiperemesis gravidarum
Kejadian hiperemesis
gravidarum belum diketahui dengan pasti. Tetapi beberapa factor predisposisi
dijabarkan sebagai berikut :
1. Factor
adaptasi dan hormonal
Pada wanita hamil yang
kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis gravidarum. Dapat dimasukan
dalam ruang lingkup factor adaptasi adalah wanita hamil dengan animeia, wanita
primigravida, dan overdistensi rahim pada hamil ganda dan hamil mola
hidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap
hormone esterogen dan koreonik gonadotropin, sedangkan pada hamil ganda dan
mola hidatidosa jumlah hormone yang
dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum.
2. Factor
psikologis
Hubungan factor
psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum belim jelas. Besar
kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan,
keretakan hubungan dengan suami dan sebagainya, diduga dapat menjadi factor
kejadian hiperemesis gravidarum. Dengan perubahan suasana dan masuk rumah
sakit, penderitanya dapat berkurang sampai menghilang
3. Factor
alergi
Pada kehamilan, dimana diduga
terjadi infasi jaringan villi korialis yang masuk ke dalam peredaran darah ibu,
maka factor alergi dianggap dapat menyebabkan terjadinya hiperemesis
gravidarum.
Gejala klinik
hiperemesis gravidarum
Sekalipun
batas antara muntah dan fisiologis dan patologis tidak jelas, tetapi muntah
yang menimbulkan gangguanh kehidupan sehari-hari dan dehidrasi memberikan
petunjuk bahwa wanita hamil telah memerlukan perawatan yang intensive. Gambaran
gejala hiperemesis gravidalum secara klinis dapat dibagi menjadi tiga tingkat :
1. Hiperemesis
Gravidalum tingkat pertama:
a.
Muntah berlangsung terus
b.
Makan berkurang
c.
Berat badan menurun
d.
Kulit dehidrasi-tousnya lemah
e.
Nyeri di daerah epigastrium
f.
Tekanan darah turun dan nadi meningkat
g.
Lidah kering
h.
Mata tampak cekung
2. Hiperemesis
gravidarum tingkat kedua :
a. Penderita
tampak lebih lemah
b. Gejala
dehidrasi makin tampak mata cekung, turgor kulit makin kurang, lidah kering dan
kotor
c. Tekanan
darah turun, nadi meningkat
d. Mata
ikterik
e. Gejala
hemokonsentrasi makin tampak : urin berkurang, badan aseton dalam urin
meningkat
f. Terjadinya
gangguan buang air besar
g. Mulai
tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis.
h. Napas
berbau aseton.
3. Hipremesis
gravidarum tingkat ketiga.
a.
Muntah berkurang
b.
Keadaan umum wanita hamil makin menurun:
tekanan darah turun, nadi meningkat, dan suhu naik,keadaan dehidrasi makin
jelas.
c.
Gangguan faal hati terjadi dengan
manifestasi ikterus.
d.
Gangguan kesadaran dalam bentuk:
somnolen sampai koma; komplikasi susunan syaraf pusat ( ensefalopati wernicke
): nistagmus-perubahan arah mata, diplopia-gambar tampak ganda, perubahan
mental.
Pengobatan /
penatalaksanaan
1. Isolasi
dan pengobatan psikologis
Dengan melakukan
isolasi di ruangan sudah dapat meringankan wanita hamil karena perubahan
suasana dari lingkungan rumah tangga. Petugas dapat memberikan komunikasi,
informasi, dan edukasi tentang berbagai masalah berkaitan dengan kehamilan
2. Pemberian
cairan pengganti
Cairan pengganti yang
diberikan adalah glukosa 5% sampai 10% dengan keuntungan dapat mengganti cairan
yang hilang dan berfungsi sebagai sumber energy, sehingga terjadi perubahan
metabolism dari lemak dan protein menuju kearah pemecahan glukosa. Dalam cairan
dapat ditambahkan vitamin C, B komplek atau kalium yang diperlukan untuk
kelancaran metabolism. Selama pemberian cairan harus mendapat perhatian tentang
keseimbangan cairan yang masukdan keluar melalui kateter, nadi, tekanan darah,
suhu, dan pernafasan. Lancarnya pengeluaran urin dapat menunjukan bahwa keadaan
wanita hamil berangsur-angsur membaik. Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah
pemeriksaan darah, urin dan bila mungkin fungsi hati dan ginjal.
3. Obat
yang dapat diberikan
Memberikan obat pada
hiperemesis gravidarum sebaiknya berkonsultasi dengan dokter, sehingga dapat
dipilih obat yang tidak teratogenik (dapat menyebabkan kelainan
congenital-cacat bawaan bayi)
Komponen (susunan obat)
yang dapat diberikan adalah :
a. Sedative
ringan
-
Phenobarbital (luminal) 30 mg
-
valium
b. Anti
alergi
-
Antihistamin
-
Dramamin
-
Avonim
c. Obat
anti mual-muntah
-
Mediamer B6
-
Emetrole
-
Stimetil
-
Avopreg
d. Vitamin
-
Terutama vitamin B komplek
-
Vitamin C
4. Menghentikan
kehamilan
Pada beberapa kasus,
pengobatan hiperemesis gravidarum tidak berhasil malah terjadi kemunduran dan
keadaan semakinmenurun sehingga diperlukan pertimbangan untuk melakukan gugur
kandung. Keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung diantaranya :
a. Gangguan
kejiwaan
-
Delirium
-
Apatis, somnolen sampai koma
-
Terjadi gangguan jiwa ensefalopati
wernicke
b. Gangguan
penglihatan
-
Perdarahan retina
-
Kemunduran penglihatan
c. Gangguan
faal
-
Hati dalam bentuk ikterus
-
Ginjal dalam bentuk anuria
-
Jantung dan pembuluh darah terjadi nadi
meningkat
-
Tekanan darah menurun
Patofisiologi
Hiperemesis
gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda bila
terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis
gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai
untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam hidroksi butirik dan
aseton dalam darah.
Kekurangan
cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi sehingga
cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah dan
khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi
sehingga aliran darah ke jaringan berkurang
Kekurangan
kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal
menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan
terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan
Selain
dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada
selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss) dengan akibat
perdarahan gastro intestinal
Pemeriksaan penunjang
1.
Laboratorium (faal ginjal)
2.
USG (dengan menggunakan waktu yang
tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi
abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
3.
Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri,
BUN.
4.
Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan
kadar LDH.
Komplikasi
1. Koma
2. Ensefalopati
wernicke)
3. Perdarahan
retina
4. Muntah
berdarah
5. BB
turun
6. Dehidrasi
berat
7. Ikterik
8. Takikardi
9. suhu
meningkat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar