Selasa, 13 November 2012

KET ( Kehamilan Ektopik )


Definisi
KET adalah kehamilan yang berimplantasi diluar endometrium normal dan kehamilan ekstrauterin adalah kehamilan yang berinplantasi diluar uterus. Dengan pengertian ini maka kehamilan pada pars interstitial tuba dan kehamilan pada servikal termasuk kehamilan intrauterin, tetapi mempunyai sifat kehamilan ektopik yang sangat berbahaya. Sebagian besar kehamilan ektopik terjadi pada tuba, jarang terjadi pada ovarium, atau abdomen ( perut).
Jenis-jenis
Berdasarkan tempat implantasinya kehamilan ektopik :
1.      Pars intertsisial tuba
2.      Pars ismika tuba
3.      Pars ampuralis tuba
4.      Kehamilan infundibulum tuba
5.      Kehamilan abdominal primer atau sekunder
Kejadian kehamilan ektopik bervariasi pada setiap pusat penelitian atau rumah sakit. Frekuensi ini tergantung dari beberapa factor diantaranya :
a)      Pemakaian antibiotika
1.      Menyebabkan kesembuhan dari infeksi pada tuba, tetapi lumennya menyempit sehingga memperbesar kejadian hamil ektopik.
2.      Pemakaiana alat kontrasepsi meningkat kejadian hamil ektopik, karena fungsinya menghindari hamil tetapi tidak sekaligus mengurangi kejadian hamil ektopik.
b)      Umur penderita hamil ektopik antara 20 sampai 40 tahun dengan puncaknya pada usia sekitar 30 tahun.
c)      Variasi frekuensinya antara 1 : 125-330 kasus
Penyebab kehamilan ektopik
Sebagian besar kehamilan ektopik terjadi pada tuba sehingga setiap gangguan pada tuba yang disebabkan infeksi akan menimbulkan gangguan dalam perjalanan hasil konsepsi menuju rahim. Sebagai gambaran penyebab kehamilan ektopik dapat dijabarkan sebagai berikut :
a)    Gangguan pada lumen tuba
1.      Infeksi menimbulkan perlekatan endosalping sehingga memyempitkan lumen
2.        Hipoplasia tuba sehingga lumennya menyempit
3.        Operasi plastic pada tuba (rekontruksi) atau melepaskan perlekatan dan tetap menyempitkan tuba
b)   Gangguan diluar tuba
1.      Terdapat endometriosis tuba sehingga memperbesar kemumgkinan implantasi.
2.      Tetrdapat di ventrikel pada lumen tuba
3.      Terdapat perlekatan sekitar tuba sehingga memperkecil lumen tuba.
4.      Kemungkinan migrasi eksternal, sehingga hasil konsepsi mencapai tuba dalam keadaan blastula.
Komplikasi 
1.      Hasil konsepsi mati dini
a.       Tempatnya tidak mungkin memberikan kesempatan tumbuh kembang hasil konsepsi mati secara dini.
b.      Karena kecilnya kemungkinan diresorbsi.
2.      Terjadi abortus
a.       Kesempatan berkembang yang sangata kecil menyebabkan hasil konsepsi mati dan tepas dalam lumen
b.      Lepasnya hasil konsepsi menimbulkan perdarahan dalam lumen tuba atau keluar lumen serta membentuk timbunan darah
c.       Tuba tampak berwarna biru pada saat dilakukan operasi
3.      Tuba fallopii pecah
a.    Karena tidak dapat berkembang dengan baik maka tuba dapat pecah
b.    Jonjot villi menembus tuba, sehingga terjadi rupture yang menimbulkan timbunan darah ke dalam ruangan abdomen.
c.    Rupture tuba menyebabkan hasil konsepsi terlempar keluar dan kemungkinan melakukan implantasi menjadi kehamilan abdominal sekunder.
d.   Kehamilan abdominal dapat mencapai cukup besar
Gejala
Jika Anda mengalami kehamilan ektopik, gejala biasanya akan terasa pada sekitar 6 – 10 minggu usia kehamilan. Jika Anda mendapatkan gejala berikut, Anda harus segera berkonsultasi dengan dokter Anda:
·       Sakit di salah satu sisi panggul
·       Perdarahan vagina di luar menstruasi
·       Nyeri di perut bagian bawah
·       Pingsan
·       Mual
Pada tahap lanjut, kehamilan ektopik dapat menimbulkan gejala berikut:
·       Nyeri perut yang intens
·       Hipotensi
·       Denyut nadi cepat
·       Kulit pucat
Bila terjadi gangguan kehamilan tuba, gejalanya tergantung pada tua kehamilan tuba, lamanya ke dalam rongga abdomen, jumlah darah yang terdapat dalam rongga abdomen dan keadaan umum ibu sebelum kehamilan terjadi.dengan demikian trias gejala klinik hamil ektopik terganggu sebagai berikut :
1.      Amenorea
a.       Lamanya amenorea bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa bulan
b.      Dengan amenorea dapat dijumpai tanda-tanda hamil muda, yaitu morning sickness, mual-muntah, terjadi perasaan ngidam
2.      Terjadi nyeri abdomen
a.         Nyeri abdomen disebabkan kehamilan tuba yang pecah
b.        Rasa nyeri dapat menjalar ke seluruh abdomen tergantung dari perdarahan didalamnya
c.         Bila rangsangan darah dalam abdomen mencapai diafragma, dapat terjadi nyeri di daerah bahu
d.        Bila darahnya membentuk hematokel yaitu timbunan di daerah kavum deuglas akan terjadi rasa nyeri dibagian bawah dan saat buang air besar
3.      Perdarahan
a.       Terjadinya abortus atau rupture kehamilan tuba terdapat perdarahan kedalam kavum abdomen dalam jumlah yang bervariasi
b.      Darah yang tertimbun dalam kavum abdomen tidak berfungsi sehingga terjadi gangguan dalam sirkulasi umum yang menyebabkan nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai jatuh dalam keadaan syok.
c.       Hilangnya darah dari peredaran darah umum yang menyebabkan penderita tampak anemis, daerah ujung ekstremitas dingin, berkeringat dingin, kesadaran menurun, dan pada abdomen terdapat timbunan darah
d.      Setelah kehamilannya mati, desidua dalam kavum uteri dikeluarkan dalam bentuk desidua spuria, seluruhnya dikeluarkan bersama dan dalam bentuk perdarahan hitam seperti menstruasi.

Diagnosis
Karena beberapa gejala di atas juga dapat terjadi pada kehamilan normal, dokter bisa sulit untuk mendiagnosis. Oleh karena itu, ada sejumlah tes yang dapat dilakukan jika dicurigai ada kehamilan ektopik.
Pemeriksan penunjang
·       Menggunakan ultrasound, dokter mungkin dapat melihat kehamilan ektopik, karena adanya darah di tuba falopi yang rusak atau ada embrio di luar uterus.
·       Laparoskopi melalui sayatan kecil di perut dapat dengan mudah melihat bila ada embrio di luar rahim.
·       Mengukur kadar hormon kehamilan hCG (human chorionic gonadotopin) adalah cara lain untuk mendeteksi kehamilan ektopik. Dalam kehamilan normal, kadar hCG berlipat dua kira-kira setiap dua hari hingga minggu ke-12. Jika hCG diperkirakan tidak meningkat, mungkin ada sesuatu yang salah dalam kehamilan.
Dokter akan selalu mencoba mendiagnosis kehamilan ektopik sedini mungkin. Dengan demikian, kerusakan biasanya masih terbatas dan risiko perdarahan internal dan komplikasi terkait masih rendah.

Pengobatan
Kehamilan ektopik harus selalu dibatalkan dan dokter akan mencoba untuk menahan laju pertumbuhan embrio dengan obat-obatan. Lebih cepat kehamilan ektopik terdeteksi, semakin besar kemungkinan kehamilan dapat dibatalkan tanpa menimbulkan efek jangka panjang.
Bila kehamilan ektopik terdeteksi di tahap awal, seringkali embrio dapat ditangani dengan obat suntik dan diserap oleh tubuh Anda. Dalam terapi ini tuba falopi biasanya masih utuh. Dalam situasi yang lebih serius, misalnya ketika tuba falopi sudah mengembang, maka diperlukan operasi.
Prognosis
Wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik, ada kemungkinan sekitar 12% akan terkena lagi di masa mendatang. Karena itu, bila Anda pernah mengalaminya Anda harus memberitahu dokter atau bidan Anda.
Sekitar 60% wanita menjadi subur kembali setelah kehamilan ektopik, 30% tidak ingin hamil karena pengalaman itu dan 10% menjadi infertil (tidak subur).
Patofisiologi
Pada kehamilan normal, proses pembuahan (pertemuan sel telur dengan sperma) terjadi pada tuba, kemudian sel telur yang telah dibuahi digerakkan dan berimplantasi pada endometrium rongga rahim. Kehamilan ektopik yang dapat disebabkan antara lain faktor di dalam tuba dan luar tuba, sehingga hasil pembuahan terhambat/tidak bisa masuk ke rongga rahim, sehingga sel telur yang telah dibuahi tumbuh dan berimplantasi (menempel) di beberapa tempat pada organ reproduksi wanita selain rongga rahim, antara lain di tuba falopii (saluran telur), kanalis servikalis (leher rahim), ovarium (indung telur), dan rongga perut. Yang terbanyak terjadi di tuba falopii (90%).
Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat. Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar