Definisi
KET adalah kehamilan
yang berimplantasi diluar endometrium normal dan kehamilan ekstrauterin adalah
kehamilan yang berinplantasi diluar uterus. Dengan pengertian ini maka
kehamilan pada pars interstitial tuba dan kehamilan pada servikal termasuk
kehamilan intrauterin, tetapi mempunyai sifat kehamilan ektopik yang sangat
berbahaya. Sebagian besar kehamilan ektopik terjadi pada tuba, jarang terjadi
pada ovarium, atau abdomen ( perut).
Jenis-jenis
Berdasarkan tempat
implantasinya kehamilan ektopik :
1. Pars
intertsisial tuba
2. Pars
ismika tuba
3. Pars
ampuralis tuba
4. Kehamilan
infundibulum tuba
5. Kehamilan
abdominal primer atau sekunder
Kejadian
kehamilan ektopik bervariasi pada setiap pusat penelitian atau rumah sakit.
Frekuensi ini tergantung dari beberapa factor diantaranya :
a) Pemakaian
antibiotika
1. Menyebabkan
kesembuhan dari infeksi pada tuba, tetapi lumennya menyempit sehingga
memperbesar kejadian hamil ektopik.
2. Pemakaiana
alat kontrasepsi meningkat kejadian hamil ektopik, karena fungsinya menghindari
hamil tetapi tidak sekaligus mengurangi kejadian hamil ektopik.
b) Umur
penderita hamil ektopik antara 20 sampai 40 tahun dengan puncaknya pada usia
sekitar 30 tahun.
c) Variasi
frekuensinya antara 1 : 125-330 kasus
Penyebab kehamilan
ektopik
Sebagian
besar kehamilan ektopik terjadi pada tuba sehingga setiap gangguan pada tuba
yang disebabkan infeksi akan menimbulkan gangguan dalam perjalanan hasil
konsepsi menuju rahim. Sebagai gambaran penyebab kehamilan ektopik dapat
dijabarkan sebagai berikut :
a) Gangguan
pada lumen tuba
1. Infeksi
menimbulkan perlekatan endosalping sehingga memyempitkan lumen
2.
Hipoplasia tuba sehingga lumennya
menyempit
3.
Operasi plastic pada tuba (rekontruksi)
atau melepaskan perlekatan dan tetap menyempitkan tuba
b) Gangguan
diluar tuba
1. Terdapat
endometriosis tuba sehingga memperbesar kemumgkinan implantasi.
2. Tetrdapat
di ventrikel pada lumen tuba
3. Terdapat
perlekatan sekitar tuba sehingga memperkecil lumen tuba.
4. Kemungkinan
migrasi eksternal, sehingga hasil konsepsi mencapai tuba dalam keadaan
blastula.
Komplikasi
1. Hasil
konsepsi mati dini
a. Tempatnya
tidak mungkin memberikan kesempatan tumbuh kembang hasil konsepsi mati secara
dini.
b. Karena
kecilnya kemungkinan diresorbsi.
2. Terjadi
abortus
a. Kesempatan
berkembang yang sangata kecil menyebabkan hasil konsepsi mati dan tepas dalam
lumen
b. Lepasnya
hasil konsepsi menimbulkan perdarahan dalam lumen tuba atau keluar lumen serta
membentuk timbunan darah
c. Tuba
tampak berwarna biru pada saat dilakukan operasi
3. Tuba
fallopii pecah
a. Karena
tidak dapat berkembang dengan baik maka tuba dapat pecah
b. Jonjot
villi menembus tuba, sehingga terjadi rupture yang menimbulkan timbunan darah
ke dalam ruangan abdomen.
c. Rupture
tuba menyebabkan hasil konsepsi terlempar keluar dan kemungkinan melakukan
implantasi menjadi kehamilan abdominal sekunder.
d. Kehamilan
abdominal dapat mencapai cukup besar
Gejala
Jika Anda mengalami kehamilan ektopik, gejala biasanya akan
terasa pada sekitar 6 – 10 minggu usia kehamilan. Jika Anda mendapatkan
gejala berikut, Anda harus segera berkonsultasi dengan dokter Anda:
·
Sakit
di salah satu sisi panggul
·
Perdarahan
vagina di luar menstruasi
·
Nyeri
di perut bagian bawah
·
Pingsan
·
Mual
Pada tahap lanjut, kehamilan ektopik dapat menimbulkan
gejala berikut:
·
Nyeri
perut yang intens
·
Hipotensi
·
Denyut
nadi cepat
·
Kulit
pucat
Bila
terjadi gangguan kehamilan tuba, gejalanya tergantung pada tua kehamilan tuba,
lamanya ke dalam rongga abdomen, jumlah darah yang terdapat dalam rongga
abdomen dan keadaan umum ibu sebelum kehamilan terjadi.dengan demikian trias
gejala klinik hamil ektopik terganggu sebagai berikut :
1.
Amenorea
a.
Lamanya amenorea bervariasi dari beberapa hari
sampai beberapa bulan
b.
Dengan amenorea dapat dijumpai tanda-tanda hamil
muda, yaitu morning sickness, mual-muntah, terjadi perasaan ngidam
2.
Terjadi nyeri abdomen
a.
Nyeri abdomen disebabkan kehamilan tuba yang pecah
b.
Rasa nyeri dapat menjalar ke seluruh abdomen
tergantung dari perdarahan didalamnya
c.
Bila rangsangan darah dalam abdomen mencapai
diafragma, dapat terjadi nyeri di daerah bahu
d.
Bila darahnya membentuk hematokel yaitu timbunan di
daerah kavum deuglas akan terjadi rasa nyeri dibagian bawah dan saat buang air
besar
3.
Perdarahan
a.
Terjadinya abortus atau rupture kehamilan tuba
terdapat perdarahan kedalam kavum abdomen dalam jumlah yang bervariasi
b.
Darah yang tertimbun dalam kavum abdomen tidak
berfungsi sehingga terjadi gangguan dalam sirkulasi umum yang menyebabkan nadi
meningkat, tekanan darah menurun sampai jatuh dalam keadaan syok.
c.
Hilangnya darah dari peredaran darah umum yang
menyebabkan penderita tampak anemis, daerah ujung ekstremitas dingin,
berkeringat dingin, kesadaran menurun, dan pada abdomen terdapat timbunan darah
d.
Setelah kehamilannya mati, desidua dalam kavum uteri
dikeluarkan dalam bentuk desidua spuria, seluruhnya dikeluarkan bersama dan
dalam bentuk perdarahan hitam seperti menstruasi.
Diagnosis
Karena beberapa gejala di atas juga dapat terjadi pada
kehamilan normal, dokter bisa sulit untuk mendiagnosis. Oleh karena itu,
ada sejumlah tes yang dapat dilakukan jika dicurigai ada kehamilan ektopik.
Pemeriksan penunjang
·
Menggunakan
ultrasound, dokter mungkin dapat melihat kehamilan ektopik, karena
adanya darah di tuba falopi yang rusak atau ada embrio di luar uterus.
·
Laparoskopi
melalui sayatan kecil di perut dapat dengan mudah melihat bila ada embrio di
luar rahim.
·
Mengukur
kadar hormon kehamilan hCG (human chorionic gonadotopin) adalah cara lain
untuk mendeteksi kehamilan ektopik. Dalam kehamilan normal, kadar hCG berlipat
dua kira-kira setiap dua hari hingga minggu ke-12. Jika hCG diperkirakan tidak
meningkat, mungkin ada sesuatu yang salah dalam kehamilan.
Dokter akan selalu mencoba
mendiagnosis kehamilan ektopik sedini mungkin. Dengan demikian,
kerusakan biasanya masih terbatas dan risiko perdarahan internal dan
komplikasi terkait masih rendah.
Pengobatan
Kehamilan ektopik harus selalu dibatalkan dan dokter akan
mencoba untuk menahan laju pertumbuhan embrio dengan obat-obatan.
Lebih cepat kehamilan ektopik terdeteksi, semakin besar kemungkinan
kehamilan dapat dibatalkan tanpa menimbulkan efek jangka panjang.
Bila kehamilan ektopik terdeteksi di tahap awal, seringkali
embrio dapat ditangani dengan obat suntik dan diserap oleh tubuh Anda. Dalam
terapi ini tuba falopi biasanya masih utuh. Dalam situasi yang lebih serius,
misalnya ketika tuba falopi sudah mengembang, maka diperlukan operasi.
Prognosis
Wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik, ada
kemungkinan sekitar 12% akan terkena lagi di masa mendatang. Karena itu,
bila Anda pernah mengalaminya Anda harus memberitahu dokter atau bidan Anda.
Sekitar 60% wanita menjadi subur kembali setelah kehamilan
ektopik, 30% tidak ingin hamil karena pengalaman itu dan 10% menjadi infertil (tidak subur).
Patofisiologi
Pada kehamilan
normal, proses pembuahan (pertemuan sel telur dengan sperma) terjadi pada tuba,
kemudian sel telur yang telah dibuahi digerakkan dan berimplantasi pada
endometrium rongga rahim. Kehamilan ektopik yang dapat disebabkan antara lain
faktor di dalam tuba dan luar tuba, sehingga hasil pembuahan terhambat/tidak
bisa masuk ke rongga rahim, sehingga sel telur yang telah dibuahi tumbuh dan
berimplantasi (menempel) di beberapa tempat pada organ reproduksi wanita selain
rongga rahim, antara lain di tuba falopii (saluran telur), kanalis servikalis
(leher rahim), ovarium (indung telur), dan rongga perut. Yang terbanyak terjadi
di tuba falopii (90%).
Penatalaksanaan
Penanganan
kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada laparotomi perdarahan
selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi
sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam
rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa
hal yang harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu,
keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil
ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba
yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG
(kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih
adanya jaringan ektopik yang belum terangkat. Penanganan pada
kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau
dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa
darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih
cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar