A. DEFINISI
Labio
palatoshcizis atau sumbing bibir langitan adalah cacat bawaan berupa celah pada
bibir atas, gusi, rahang dan langit-langit (Fitri Purwanto, 2001).
Labio
palatoshcizis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut
palato shcizis (sumbing palatum) labio shcizis (sumbing pada bibir) yang
terjadi akibat gagalnya perkembangan embrio (Hidayat, 2005).
Labio
palatoschizis adalah merupakan congenital anomaly yang berupa adanya kelainan
bentuk pada wajah ( Suryadi SKP, 2001).
Berdasarkan
ketiga pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa labio
palatoschizis adalah suatu kelainan congenital berupa celah pada bibir atas,
gusi, rahang dan langit-langit yang terjadi akibat gagalnya perkembangan
embrio.
Gambar bayi dengan labioschisis
Klasifikasi :
Ø
Celah bibir
(Labichisis)
1. Celah bibir satu sisi
a)
Celah bibir satu sisi
tidak lengkap
Terjadi
pada satu sisi dan terlihat sebagai suatu celah kecil pada bibir
b)
Celah bibir satu sisi
lengkap
2. Celah bibir dua sisi
a) Celah
bibir dua sisi tidak lengkap
Hanya
terkena bibir saja
b) Celah
bibir dua sisi lengkap
Ø Celah langit-langit (palatochisis)
a) Celah langit-langit tidak lengkap
Bagian langit-langit lunak
b) Celah langit-langit lengkap
Terjadi
di daerah palatum sampai dengan foramen insicivus
Ø
Celah bibir dan
celah langit-langit (Labio-palatoschisis)
a.
Unilateral : cacat celah bibir dan celah
langit-langit yang hanya di satu sisi kiri atau kanan pasien saja.
b.
Bilateral : cacat celah bibir dan langit-langit yang
ada di dua sisi kiri dan kanan pasien.
c. Campuran
: Labiogenatoschisis, terjadi di daerah bibir, langit-langit dan hidung
terbelah.
B. ETIOLOGI
Faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya celah bibir dibagi dalam
2 kelompok, yaitu :
1. Herediter
Patten mengatakan bahwa
pola penurunan herediter adalah sebagai berikut :
a. Mutasi gen
b. Kelainan
Kromosom
2.
Faktor
lingkungan
a.
Faktor usia ibu
b.
Obat-obatan
c. Nutrisi
d. Daya pembentukan embrio menurun
e. Penyakit infeksi
f. Radiasi
g. Stress Emosional
h.
Trauma
C. PATOFISIOLOGI
Etiologi bibir sumbing dan celah langit-langit adalah multifaktor.
Selain faktor genetik juga terdapat faktor non genetik atau lingkungan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing dan celah
langit-langit adalah usia ibu waktu melahirkan, perkawinan antara penderita
bibir sumbing, defisiensi Zn waktu hamil dan defisiensi vitamin B6.
Bayi yang terlahir dengan labioschisis harus ditangani oleh klinisi
dari multidisiplin dengan pendekatan team-based, agar memungkinkan
koordinasi efektif dari berbagai aspek multidisiplin tersebut. Selain masalah
rekonstruksi bibir yang sumbing, masih ada masalah lain yang perlu
dipertimbangkan yaitu masalah pendengaran, bicara, gigi-geligi dan psikososial.
Masalah-masalah ini sama pentingnya dengan rekonstruksi anatomis, dan pada
akhirnya hasil fungsional yang baik dari rekonstruksi yang dikerjakan juga
dipengaruhi oleh masalah-masalah tersebut. Dengan pendekatan multidisipliner,
tatalaksana yang komprehensif dapat diberikan, dan sebaiknya kontinyu sejak
bayi lahir sampai remaja. Diperlukan tenaga spesialis bidang kesehatan anak,
bedah plastik, THT, gigi ortodonti, serta terapis wicara, psikolog, ahli
nutrisi dan audiolog.
Kelainan ini sebaiknya secepat mungkin diperbaiki karena akan
mengganggu pada waktu menyususui dan akan mempengaruhi pertumbuhan normal
rahang serta perkembangan bicara. Penatalaksanaan labioschisis adalah operasi.
Bibir sumbing dapat ditutup pada semua usia, namun waktu yang paling baik
adalah bila bayi berumur 10 minggu, berat badan mencapai 10 pon, Hb > 10g%.
Dengan demikian umur yang paling baik untuk operasi sekitar 3 bulan
Secara garis besar, faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya
celah bibir dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :
1.
Herediter
Brophy (1971) beberapa kasus anggota
keluarga yang mempunyai kelainan wajah dan palatal yang terdapat pada beberapa
generasi. Kelainan ini tidak selalu serupa, tetapi bervariasi antara celah
bibir Unilateral dan Bilateral.
Pada beberapa contoh, tampaknya
mengikuti Hukum Mendel dan pada kasus lainnya distribusi kelainan itu tidak
beraturan.
Schroder mengatakan bahwa 75% dari
factor keturunan yang menimbulkan celah bibir adalah resesif dan hanya 25%
bersifat dominan.
Patten mengatakan bahwa pola penurunan
herediter adalah sebagai berikut :
a) Mutasi gen
-
Ditemukan sejumlah
sindroma/gejala menurut hukum Mendel secara otosomal,dominant,resesif dan X-Linked.
-
Pada otosomal dominan,
orang tua yang mempunyai kelainan ini menghasilkan anak dengan kelainan yang
sama.
-
Pada otosomal resesif
adalah kedua orang tua normal tetapi sebagai pembawa gen abnormal.
-
X-Linked adalah wanita
dengan gen abnormal tidak menunjukan tanda-tanda kelainan sedangkan pada pria
dengan gen abnormal menunjukan kelainan ini
b) Kelainan Kromosom
Celah bibir terjadi sebagai suatu
expresi bermacam-macam sindroma akibat penyimpangan dari kromosom, misalnya
Trisomi 13(patau), Trisomi 15, Trisomi 18(edwars) dan Trisomi 21.
2. Faktor lingkungan
a)
Faktor usia ibu
Ø
Dengan bertambahnya
usia ibu waktu hamil daya pembentukan embrio pun akan menurun.
Ø
Dengan bertambahnya
usia ibu sewaktu hamil, maka bertambah pula resiko dari ketidaksempurnaan
pembelahan meiosis yang akan menyebabkan bayi dengan kehamilan trisomi.
Ø
Wanita dilahirkan
dengan kira-kira 400.000 gamet dan tidak memproduksi gamet-gamet baru selama
hidupnya.
Ø
Jika seorang wanita
umur 35 tahun maka sel-sel telurnya juga
berusia 35 tahun.
Ø
Resiko mengandung anak
dengan cacat bawaan tidak bertambah besar sesuai dengan bertambahnya usia ibu.
b) Obat-obatan
Obat yang digunakan selama kehamilan
terutama untuk mengobati penyakit ibu, tetapi hampir janin yang tumbuh akan
menjadi penerima obat.
Penggunaan asetosal atau aspirin sebagai
obat analgetik pada masa kehamilan trimeseter pertama dapat menyebabkan
terjadinya celah bibir.
Beberapa obat yang tidak boleh
dikonsumsi [rifampisin, fenasetin, sulfonamide, aminoglikosid, indometasin,
asam flufetamat, ibuprofen dan penisilamin,diazepam,kortikosteroid.
Beberapa obat antihistamin yang
digunakan sebagai antiemetik selama kehamilan dapat menyebabkan terjadinya
celah langit-langit.Obat-obat antineoplastik terbukti menyebabkan cacat ini
pada binatang.
c)
Nutrisi
Insidensi kasus celah bibir dan celah
langit-langit lebih tinggi pada masyarakat golongan ekonomi kebawah penyebabnya
diduga adalah kekurangan nutrisi.
d) Daya pembentukan embrio menurun
Celah bibir sering ditemukan pada
anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang mempunyai anak banyak.
e) Penyakit infeksi
Penyakit sifilis dan virus rubella dapat
menyebabkan terjadinya cleft lips dan cleft palate
f) Radiasi
Efek teratogenik sinar pengion jelas
bahwa merupakan salah satu faktor lingkungan dimana dapat menyebabkan efek
genetik yang nantinya bisa menimbulkan mutasi gen. Mutasi gen adalah faktor
herediter.
g) Stress Emosional
a. Korteks
adrenal menghasilkan hidrokortison yang berlebih
b. Pada
binatang percobaan telah terbukti bahwa pemberian hidrokortison yang meningkat pada keadaan hamil
menyebabkan cleft lips dan cleft palate
h) Trauma
Celah bibir bukan hanya menyebabkan
gangguan estetika wajah, tetapi juga dapat menyebabkan kesukaran dalam
berbicara, menelan, pendengaran dan gangguan psikologis penderita beserta orang
tuanya. Permasalahan terutama terletak pada pemberian minum, pengawasan gizi
dan infeksi.
Salah satu penyebab trauma adalah
kecelakaan atau benturan pada saat hamil minggu kelima.
Pertumbuhan dan perkembangan wajah serta
rongga mulut merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Bila terdapat
gangguan pada waktu pertumbuhan dan perkembangan wajah serta mulut embrio, akan
timbul kelainan bawaan (congenital). Kelainan bawaan adalah suatu kelainan pada
struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi ketika dia
dilahirkan.
Salah satunya adalah celah bibir dan
langit-langit. Kelainan wajah ini terjadi karena ada gangguan pada
organogenesis antara minggu keempat sampai minggu kedelapan masa embrio. Gangguan
pertumbuhan ini tidak saja menyulitkan penderita, tetapi juga menimbulkan
kesulitan pada orangtua, terutama ibu. Tidak saja dalam hal pemberian mak an,
tetapi juga efek psikologis karena mempunyai anak yang “tidak sempurna”.
Beberapa teori yang menggambarkan
terjadinya celah bibir :
a.
Teori Fusi
Disebut juga teori kalsik. Pada akhir
minggu keenam dan awal minggu ketujuh masa kehamilan, processus maxillaries
berkembang kearah depan menuju garis median, mendekati processus nasomedialis
dan kemudian bersatu.
Bila terjadi kegagalan fusi antara
processus maxillaries dengan processus nasomedialis maka celah bibir akan
terjadi.
b.
Teori Penyusupan
Mesodermal
Disebut juga teori hambatan
perkembangan. Mesoderm mengadakan penyusunan menyebrangi celah sehingga bibir
atas berkembang normal. Bila terjadi kegagalan migrasi mesodermal menyebrangi
celah bibir akan terbentuk.
c.
Teori Mesodermal
sebagai Kerangka Membran Brankhial
Pada minggu kedua kehamilan, membran
brankhial memrlukan jaringan mesodermal yang bermigrasi melalui puncak kepala
dan kedua sisi ke arah muka. Bila mesodermal tidak ada maka dalam pertumbuhan
embrio membran brankhial akan pecah sehingga akan terbentuk celah bibir.
d.
Gabungan Teori Fusi dan
Penyusupan Mesodermal
Patten, 1971, pertama kali menggabungkan
kemungkinan terjadinya celah bibir, yaitu adanya fusi processus maxillaris dan
penggabungan kedua processus nasomedialis yang kelak akan membentuk bibir
bagian tengah.
A.
DAMPAK YANG DITIMBULKAN
v Adanya
celah pada bibir dan langit
v Gangguan
mengisap atau makan
v OMP/ISPA
yang dapat mengakibatkan tuli.Dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran
yang menghubungkantelinga tengah dengan kerangka
v Suara
sengau : Hypernasal resonance karena gangguan fonasi bicara
v Pertumbuhan
gigi terganggu
v Psikologis
orangtua dan anak
~ Orangtua merasa berdosa
~ Anak merasa kurang percaya diri
v Gangguan
nutrisi/gizi Sering disertai infeksi pada mulut
v Gangguan
berbicara disebabkan karena otot-otot yang digunakan berbicara mengalami
penurunan fungsi karena adanya celah
v Wajah
yang tidak normal :
- Lubang
hidung asimetris
- Gigi
tumbuh abnormal dan tidak teratur
- Pertumbuhan
tulang muka asimetris
B.
PENATALAKSANAAN
Bibir
sumbing dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Ada 3 tahap penanganan bibir
sumbing yaitu tahap sebelum operasi, tahap sewaktu operasi dan tahap setelah
operasi.
a. Tahap sebelum operasi
a. Tahap sebelum operasi
Pada tahap sebelum operasi yang
dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi menerima tindakan operasi, asupan gizi
yang cukup dilihat dari keseimbangan berat badan yang dicapai dan usia yang
memadai. Patokan yang biasa dipakai adalah rule of ten meliputi :
- berat badan lebih dari 10 pounds atau
sekitar 4-5 kg
- Hb lebih dari 10 gr %
- Usia lebih dari 10 minggu
Jika bayi belum syarat tersebut
sebaiknya pemberian minum harus dengan dot khusus yaitu lubang tidak terlalu
besar yang membuat bayi tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan
gizi menjadi tidak cukup. Atau dilakukan bantuan sendok secara perlahan dalam
posisi setengah duduk atau tegak. Celah pada bibir harus direkatkan dengan
menggunakan plester khusus non alergenik untuk menjaga gusi tidak menonjol
kearah depan (protrusio pre maksila) akibat dorongan lidah pada prolabium. Jika
hal ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan
kurang sempurna. Plester non alergenik tadi harus tetap direkatkan sampai waktu
operasi tiba.
b. Tahapan Operasi
- Usia optimal adalah usia 3 bulan,
mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika
koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut maka pengucapan huruf bibir sudah
terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap
menjadi kurang sempurna
- Operasi untuk langit-langit
(palatoplasty) optimal pada usia 18 - 20 bulan mengingat anak aktif bicara usia
2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah. Operasi yang dilakukan sesudah usia 2
tahun harus diikuti dengan tindakan speech teraphy karena jika tidak, setelah
operasi suara sengau pada saat bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa
melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi memposisikan lidah
pada posisi yang salah
- Bila gusi juga terbelah (gnatoschizis)
kelainannya menjadi labiognatopalatoschizis, koreksi untuk gusi dilakukan pada
saat usia 8-9 tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli ortodonsi
c. Tahap setelah operasi
Penatalaksanaanya tergantung dari
tiap-tiap jenis operasi yang dilakukan, biasanya dokter bedah yang menangani
akan memberikan instruksi pada orang tua pasien misalnya setelah operasi bibir
sumbing luka bekas operasi dibiarkan terbuka dan tetap menggunakan sendok atau
dot khusus untuk memberikan minum bayi.
Banyaknya penderita bibir sumbing yang
datang ketika usia sudah melebihi batas usia optimal untuk operasi membuat
operasi hanya untuk keperluan kosmetika saja sedangkan secara fisiologis tidak
tercapai, fungsi bicara tetap terganggu seperti sengau dan lafalisasi beberapa
huruf tetap tidak sempurna, tindakan speech teraphy pun tidak banyak bermanfaat.
C.
MASALAH
KEPERAWATAN
1. Masalah
keperawatan Perubahan nutrisi kurang dari tubuh
Monitor
nutrisi
a. BB
dalam batas normal
b. Monitor
adanya penurunan berat badan
c. Monitor interaksi
anak atau orang tua selama makan
d. Monitor
lingkungan saat makan
e. Monitor
turgor kulit
f. Monitor
kulit kering dan perubahan pigmentasi
2. Masalah
keperawatan Resiko infeksi
Infeksi
kontrol
a. Cuci
tangan setiap sebelum dan setelah tindakan
b. Berikan terapi
anti biotik jika perlu
c. Pertahankan
lingkungan aseptik selama pemasangan alat
3. Masalah
keperawatan Nyeri akut
Manajemen
nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor krepitasi.
b. Observasi
reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.
c. Gunakan
teknik komunikasi terapetik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.
d. Ajarkan
tehnik non farmakologi
e. Kaji
kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar